Semua
berawal ke-selo-an seorang mahasiswi yang belum mengikuti satupun ikatan organisasi di kampusnya yang dikenal dengan kampus paling banyak acara ini. Kenapa
demikian? Di semester satu, saya cuma ikut kepanitian acara tahunan jurusan.
Dengan begitu saya tau bagaimana teamwork yang dibangun melalui acara tersebut, saya merasa kurang cocok dan di sisi lain nilai yang muncul di akhir
semester pertama pun mengecewakan. Ibu saya bilang “kamu terlalu banyak kegiatan nduk, mbok ya
nggak usah ikut yang begituan.” Ketika ada recruitment untuk masuk himpunan
jurusan dan ketika saya “dibujuk” untuk masuk dengan halus saya menolak dengan
alasan nilai semester satu jeblok. Hasilnya,
semester dua dan tiga saya tidak mengikuti organisasi apapun. Selo? Iya.. Punya
waktu belajar ? lumayan.. Hasilnya? Belum keluar.. Di akhir semester tiga ini, saya
memutuskan untuk bergabung di salah satu organisasi intern kampus yang bernama GLF.
Itu ngapain? Bisa dibilang sebagai fasilitator foreign student di
kampus, whatever you name it, saya tidak akan membahas organisasi ini. Saya
ikuti oprec-nya dan Alhamdulillah diterima di departemen saya pilih, Social
and Culture. Di pihak lain, himpunan jurusan saya sedang membentuk kepengurusan
baru dibawah kepemimpinan ketua dan sekjen yang baru pula. Saya belum ada
rencana untuk bergabung dalam himpunan jurusan hingga dua hari setalah
pengumuman GLF, tepat dihari Sabtu pukul 17.00 saya di telpon oleh salah satu
teman saya dimana dia sudah fix akan menjadi Kepala Biro PSDM di
himpunan jurusan. Dia meminta saya untuk bergabung ke sana, sebagi
wakil kepala biro-nya. Jujur saya kaget, kenapa saya yang dia pilih? Setelah dijelaskan
dan saya paham saya meminta waktu untuk menjawabnya. Keputusan saya ambil
beberapa jam kemudian setelah saya konsultasi pada teman saya yang lain sebut
saja Tika (itu nama beneran bukan samaran). Dengan segala pertimbangan antara
GLF dan himpunan akhirnya saya meng-iya-kan tawaran KaBir PSDM.
Sehari
setelah itu, pikiran saya dipenuhi pikiran “kira-kira bisa nggak ya nge-handle
dua? Sedangkan harus mengahadapi kejamnya ekmet pula” atau “ nilai semester ini
gimana ya, kalo misal agak jelek terus piye?” dan sebagainya. Hingga malamnya
saya nye-croll twitter dan tiba-tiba melihat tweet dari seorang yang saya
kagumi, dan saya bangga saya pernah menjadi liaison officer beliau, Dalton
Tanonaka.
Having doubts is okay, but you must believe in your mission.
Saya merasa beruntung dapat membaca itu, sangat beruntung karena membuat saya berpikir, benar juga apa yang dikatakan beliau. Ketika kita hanya memikirkan keraguan yang kita rasakan tidak akan ada habisnya. Dan saya menegaskan pada diri saya bahwa keraguan bisa atau nggak saya untuk meng-handle itu bukan hal yang harus saya pikirkan dan saya bawa di dalam saya bekerja tapi bagaimana saja dapat menyelesaikan jobdesc saya yang ada pada dua organisasi tersebut. Merasa jet lag, pasti, karena dari selo ngga ada kerjaan organisasi jadi ada dua kerjaan dalam waktu bersamaan. Allah memberi kepercayaan kepada saya melalui dua organisasi itu dan saya harus bertanggung jawab atas apa yang saya pilih. Semoga amanah, Barakallah.
Labels: college, life